Sunday, October 9, 2016

Dakwah bil kitabah

Dakwah bil kitabah / tulisan untuk remaja

“Nun. Demi pena dan apa yang mereka tulis.” (Al-Qalam [68]: 1)

Rasululllah Saw. bersabda, “Sesungguhnya yang pertama-tama diciptakan Allah adalah pena (qalam), lalu Allah berfirman kepadanya, ‘Tulislah!’ ia menjawab, ‘Ya Rabbku apa yang hendak kutulis?’ Allah berfirman, ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai hari kiamat.”
Hadits tersebut penulis ambil dari buku ‘Pejabaran Kitab Tauhid’ karya Syaikh Abdurrahman bin Nasir As-Sa’di. Sayang dalam tulisan tersebut tidak disertai dengan perawinya.
Firman Allah dalam Qs Al-“Asr (1-3)
Demi masa(1). Sungguh, manusia berada dalam kerugian(2). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran(3).

Dakwah bil Qalam atau dakwah lewat pena (dalam hal ini tulisan) menjadi salah satu jalan menyebarkan Islam. Bukankah sejak awal Islam adalah agama yang mengajarkan baca-tulis. Di akhir perang Badar, Rasululullah membebaskan tawanan perang yang mau mengajarkan tulis menulis di kalangan sahabat dan putra-putranya. Semangat ini direspon dengan sangat antusias oleh Sahabat-sahabat saat itu. Terbukti dengan produktifnya penulisan ayat-ayat Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAWdalam lembaran-lembaran. Dari sinilah kita tetap bisa membaca Qur’an, hadits dan kitab-kitab yang ditulis oleh ulama pada jamannya.

Relevansinya dengan kondisi saat ini di mana ada keterbatasan waktu dan kesempatan bila dakwah dilakukan lewat lisan. Berkembangnya media sosial/internet yang diakses 61% masyarakat kota di Indonesia dan hasil survey yang dilakukan oleh Gfk dan Geogle menyebutkan rata-rata butuh waktu 5,5 jam perhari untuk mereka“pelototi ponsel” membuat kesempatan tersendiri. Lewat tulisan, dakwah berkembang lebih luas lagi menembus ruang, waktu, usia dan jarak. Dan menuntut peran kita untuk lebih aktif memperkenalkannya kepada keluarga, anak, saudara, teman dekat, tetangga dan teman agar  aktifitas ini berujung pada hal-hal yang positif.

Apa yang bisa kita tulis? Tentunya materi atau hal-hal yang kita kuasai, jangan menulis di luar kemampuan kita. Islam tidak terbatas pada materi-materi ritual, tetapi bisa lebih luas menyangkut motivasi, kehidupan sosial atau ekonomi atau hal-hal kecil yang mampu menginspirasi orang lain untuk berubah dan mau berbuat kebaikan.

Tetapi baiklah di sini penulis hanya ingin melukiskan betapa pentingnya pena dan buah yang dihasilkan yakni tulisan.. Entah rahasia apa yang sesungguhnya terkandung dalam pena hingga Allah-pun menamai surat ke 68 dalam Al-Qur’an dengan Qalam (Pena).

Membaca dan menulis sebenarnya telah menjadi tradisi kaum Muslimin sejak dulu. Banyak ulama dan tokoh Islam yang mampu menghasilkan karya besar yang mampu ‘menggetarkan dunia’ sebagai hasil ketekunan mereka dalam membaca dan menulis.

Sayang tradisi demikian seolah hilang begitu saja. Sekarang saat dunia memasuki abad informasi—konon siapapun yang dapat menguasai informasi akan unggul dalam persaingan—umat Islam justru tertinggal jauh. Hampir seluruh berita yang kita baca di media cetak dan kita lihat di televisi bersumber dari kantor berita asing.

Tapi, kita abaikan dulu permasalahan itu. Karena kita memang belum mampu mendobraknya, percuma jika tenaga kita justru mubadzir. Sekarang lihatlah ke sekeliling kita, bandingkan media cetak yang beredar di masyarakat. Kira-kira berapa prosentase antara media yang memuat dakwah/ajaran Islam dengan media yang justru merusak dakwah Islam. Tentu Anda lebih tahu jawabannya.

Dakwah lewat tulisan saat ini telah menjadi suatu keharusan dan kebutuhan karena dakwah lewat cara ini dinilai lebih efektif dan efisien.
1. Bisa menjangkau daerah yang luas.
Dakwah melalui tulisan dapat disebarkan secara luas tanpa terbentur letak geografis. Karena mad’u (obyek dakwah) tidak harus bertatap muka dengan da’i/da’iyah di satu tempat tertentu.

2. Tidak terbatasi oleh waktu
Dilihat dari segi waktu, dakwah lewat tulisan juga sangat fleksibel. Artinya mad’u dan da’i tidak harus bertemu dalam satu waktu. Selain itu materi dakwah juga akan ‘awet’ karena berbentuk tulisan. Bila mad’u lupa dengan pelajaran yang pernah dibaca ia bisa mencarinya kembali, berbeda dengan dakwah lisan. Tidak berlebihan bila dikatakan, “Ilmu ibarat binatang ternak sedangkan tulisan adalah tali kekangnya.”

Sementara bagi para da’i/aktivis/ustadz/guru. Juga lebih leluasa dalam menyusun materi karena bisa disiapkan kapan saja ketika mempunyai waktu luang.

3. Keakuratan isi dakwah lebih terjamin
Sacara mudah bisa kita lihat seorang da’i yang berdakwah dengan lisannya besar kemungkinan ia akan melakukan suatu kekhilafan baik dalam isi maupun dalil-dalil yang digunakan. Karena ia hanya berpegang pada ingatan yang sifatnya terbatas. Kata-kata yang diucapkan pun seringkali tidak efektif.

Berbeda dengan dakwah bil qalam, di sini materi yang disajikan diambil dari sumber-sumber yang dapat dipercaya. Dalam penyusunannya kita bebas membuka dan membolak-balik buku—yang tidak mungkin dilakukan dalam dakwah lisan—sehingga materi yang disampaikan akan lebih akurat. Kata-kata yang disajikan pun telah melalui koreksi yang berulang-ulang guna menghilangkan kata mubadzir. Tentu ini akan lebih mudah diterima pembaca.

Kiranya masih banyak kelebihan lain yang tidak mungkin dipaparkan dalam tulisan singkat ini. Lalu kenapa kita tidak mencoba jalan yang satu ini untuk ikut bergabung dengan barisan orang-orang yang berjuang menegakkan agama-Nya?

Jika kita berusaha dengan kesungguhan dan ikhlas demi mencari ridha-Nya, InsyaAllah jalan lapang siap menyambut kita. Rasul bersabda, “Di akhirat nanti tinta ulama-ulama itu akan ditimbang dengan darah syuhada (orang-orang yang mati sayhid.”

Sungguh mengagumkan, coba kita bayangkan pahala yang diterima—dengan seizin Allah—para penulis Al-Qur’an terdahulu. Ali-bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab dan Umayyah. Dari goresan merekalah Al-Qur’an yang sekarang kita baca diriwayatkan.

Kita juga boleh kagum dengan perawi hadits seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi dsb. Selama hadits yang mereka riwayatkan—melalui tulisan—digunakan dalam berdakwah maka pahala bagi mereka terus mengalir meskipun jasad telah tiada.

Tidak diragukan lagi, kiprah para remaja hari ini merupakan tonggak perubahan yang sangat   berpengaruh di masa mendatang. Posisi mereka yang begitu urgen sebagai Agent of Change bukan sekedar doktrin fiktif belaka. Namun dalam realitanya para remaja benar-benar menjadi pembawa perubahan besar bagi masa depan. Karenanya, pantaslah pepatah arab mengatakan,
Dari label yang mereka miliki sebagai “Pembawa Perubahan” kita bisa membaca bahwa mentarbiyah dan mendakwahi para remaja merupakan sebuah tugas yang tidak boleh dipandang sebelah mata oleh aktifis dakwah. Jika pemuda sekarang adalah potret masa depan, lantas bagaimana jadinya masa depan bangsa dan agama ini jika mereka tidak mengenal dakwah..?
Selanjutnya sebagai bahan renungan kita pantas bertanya, seberapa banyak remaja saat ini yang sibuk dengan masjid jika dibandingkan dengan mereka yang sibuk dengan hura-hura dan jalan raya?  Tidak perlu dijawab dengan hitungan nominal, cukup perbandingan kasar saja, mana yang lebih banyak?
Saya kira jawaban kita akan sama. Ya.., itulah hasil hitungan kasar dakwah kita terhadap remaja saat ini. Cukuplah jawaban ini memaksa hati kita untuk prihatin dan seharusnya menggugah kita untuk tidak memandang mereka sebelah mata agar eksistensi dakwah masa depan tetap berlangsung.
Dakwah dengan tulisan juga merupakan salah satu metode dalam berdakwah di tengah globalisasi ini, bahkan budaya menulis telah dicontohkan oleh para ulama-ulama terdahulu mulai dari para salafusshaleh sampai ulama kontemporer saat ini. Begitu banyak Kitab-kitab yang telah ditulis oleh imam An Nawawi diantaranya Syarh Shahih muslim, Riyadh Al Shalihin, Al Adzkar dll, masih banyak lagi karya beliau, kemudian ibnul qayyim Al Jauziah dengan karyanya Zaadul Ma’ad, madarijus salikin dll, Buya Hamka dengan karyanya Falsafah Hidup, Tasawuf modern, Tafsir Al Azhar, dll, Anis matta dengan karyanya Serial Cinta,Integrasi politik dan Dakwah, momentum kebangkitan, haidar natsir dengan karyanya Manhaj Gerakan Muhammadiyah, Islam Syariat dll, perlu kita ketahui begitu pentingnya budaya menulis ini dikalangan ulama kita bahkan diantara mereka ada yang menyelesaikan karyanya didalam jeruji besi, masuknya mereka penjara tidak menyurutkan niat mereka untuk menulis karena menurut mereka dakwah tidak cukup hanya dengan menyampaikan saja tapi dakwah akan sempurna ketika disampaikan secara tertulis, karena tuisan merupakan harta warisan yang paling bernilai harganya bahkan mungkin negara ini tak akan ada artinya ketika sejarahnya tidak dituliskan, oleh karena para penulis menuliskan sejarah negara ini maka mulai dari saat itu negara ini dikenal keseluruh pelosok negeri bahkan keseluruh penjuru dunia, maka dari itu salah satu strategi dakwah yang harus kita lakukan adalah dengan berdakwah melalui tulisan, apakah itu melalui menulis buku, artikel, history,

         Pada masa sekarang yang penuh dengan kemajuan baik dibidang ilmu pengetahuan maupun ilmu teknologi, semuanya sudah serba canggih, hal ini menjadikan manusia modern menjadi sangat sibuk dengan urusannya masing-masing. Sehingganya waktu untuk mendengarkan ataupun menghadiri sebuah forum tabligh sudah sangatlah sedikit,, maka dari itu dakwah bil kitabah sangatlah cocok untuk manusia modern.. dakwah bil kitabah atau dakwah secara tulisan  sering disebut juga dakwah bil qalam.
Dakwah ini dapat juga dikonsidikan dengan berbagai karakter masyarakat modern saat ini, diantaranya ada masyarakat yang malu bertanya, ada yang terlalu  sibuk dengan urusannya.  Maka  dengan metode ini  memudahkan masalahnya mereka,,  mereka punya  waktu  kapan saja untuk membaca dakwah bil kitabah ini dengan memanfaatkan waktu luwang yang mereka miliki..
         Dakwah melalui tulisan dapat terus diingati. Seperti contoh, karya ilmuan Buya Hamka yang telah menulis pelbagai buku. Meskipun kini beliau telah tiada akan tetapi buku penulisannya masih ramai orang membaca dan tulisannya seringkali dijadikan rujukan.
Selain buku masih banyak alternative yang dapat dijadikan sebagai media dakwah bil kitabah, yakni, novel, majalah, Koran, bulletin masjid, ataupun dimedia online.
Melalui tulisan-tulisan di media massa, seorang mubalig, ulama, kiai, atau umat islam pada umumnya sesuai dengan bidang keahlian atau keilmuan yang dikuasainya dapat melaksanakan dakwah ini
        Dengan demikian, mereka atau kitapun dapat melaksanakan peran sebagai jurnalis muslim, yakni sebagai muaddib (pendidik), mussadid (pelurus informasi tentang ajaran agama islam), mujaddid (pembaharu tentang ajaran islam), muwahid (pemersatu atau perekat ukhuwa islamiah), dan mujahid (pejuang, pembela dan penegak agama islam.
Keunggulan dakwah ini dibandingkan dengan format dakwah bentuk lain adalah sifatnya yang objeknya yang massif dan cakupannya cukup luas. Dakwah tulisan ini tidak hanya dibaca oleh masyarakat kecil, ataupun hanya terdapat pada satu tempat, akan tetappi dakwah ini dapat mencakup wilayah yang cukup luas, bahkan sampai tersebar diseluruh dunia.
Media massa saat ini sangatlah berpengaruh terhadap akidah bagi masyarakat modern karena 90 dari 100 persen aktifitas para remaja pada masa ini menggunakan media social online untuk berkomunikasi dengan teman-temannya yang ada diluar sana, maka dari itu kita harus dapat memanfaatkan sepandai mungkin media massa sebagai media dakwah kita.
HAL-HAL YANG TERDAPAT PADA PENDAKWAH
Pertama, hubungan spiritualitas. Ketika menginjak masa remaja, normalnya kita mulai berpikir tentang makna dan tujuan hidup yang sangat erat kaitannya dengan agama. Karena hal ini bakal membimbing kita dalam jalani hidup dan membingkai masa depan.
Ketika terjun ke dunia dakwah, seorang remaja muslim akan menemukan arti dan tujuan hidup yang hakiki. Dia diciptakan oleh Allah Swt. untuk beribadah sepanjang hayat dikandung badan. Untuk itu, Allah menurunkan aturan hidup yang lengkap dan sempurna tanpa cacat cela bagi manusia. Agar manusia bisa beribadah tidak hanya di masjid atau majelis ta’lim.
Kedua, penghargaan. Setiap remaja membutuhkan hal ini untuk mengembangkan potensi dan kemampuan diri. Aktivitas dakwah akan menyalurkan secara positif bakat dan potensi yang kita miliki untuk kebangkitan Islam dan kaum Muslimin di seluruh dunia.
Ketiga, rasa memiliki. Remaja seusia kita sering termotivasi untuk bergabung dalam kelompok yang memiliki dan dimiliki kita. Karena di sana kita bisa belajar banyak hal, tambahan informasi, konsultasi gratis, merasa aman, nyaman, dan diterima. Tempat yang tepat jika kita ikut dalam komunitas dakwah. Rasa kebersamaan, sikap empati, simpati, dan pertolongan tanpa pamrih antar individu dalam komunitas ini, lahir dari keimanan. Itu berarti nggak mudah luntur karena perbedaan status sosial atau pendidikan.
Keempat, kecakapan dan kepercayaan diri. Remaja sering terlihat ingin diakui kalau dia mampu dan percaya diri untuk menjalani hidup mandiri. Mampu menentukan pilihan atau mengatasi masalah tanpa bergantung kepada orang lain.
Dalam lingkungan dakwah, kita bakal dilatih untuk berpikir panjang merunut setiap permasalahan dan mencari pemecahannya sesuai aturan Islam yang pasti mendatangkan maslahat. Ketegasan sikap kita bisa lahir dari kemandirian yang ditopang oleh pemahaman Islam. Kita juga dilatih untuk mengambil hikmah dalam setiap musibah atau kegagalan yang menimpa kita semua. Karena kita-kita paham, apa pun yang menimpa diri kita, itu adalah jalan terbaik yang Allah berikan.
Kelima, konstribusi. Merasa memberi kontribusi alias ikut berperan serta, nggak egois dan individualis, atau sikap dermawan sangat penting buat perkembangan identitas yang sehat pada remaja seusia kita. Dengan begini kita-kita bakal terlatih untuk peduli dan peka terhadap permasalahan di sekitar kita. Sehingga kita termotivasi untuk mengembangkan kemampuan diri agar bisa ikut menyelesaikan masalah itu.
Dan semua perasaan di atas pasti bakal didapatkan kita-kita dalam aktivitas dakwah. Selain bernilai pahala, kita akan mengetahui kalau masalah dunia atau masyarakat juga masalah kita. Kita juga wajib merasa bertanggung jawab dengan akibat dan penyebab masalah itu.

      Jarangnya aktivis dakwah bil kitabah

         Michael h.hart salah seorang penulis yang mutakhir menempatkan Nabi muhamad, sebagai manusia yang paling berpengaruh disepanjang sejarah. Hart menulis buku tentang seratus tokoh-tokoh dunia yang berpengaruh. Dan hasilnya Nabi Muhamad menempati rangking pertama, mengungguli tokoh-tokoh dunia lainnya seperti Isa al-masih, Isac newto, Napoleon boneparte, dan lain-lain.
Melihat kunci sukses dakwah yang dilakukan oleh nabi muhamad pada masa itu yakni dengan menggunakan komunikasi antarpersonal yakni dengan melakukan nasihat tatap muka, serta dengan usaha yang sungguh-sungguh, berbeda dengan sekarang para pendakwah lebih condong kearah komunikasi massa yang mana didalamnya tidak ada pendekatan sehingga para pendengar mendengarkan ceramah masuk telinga kanan keluar telinga kiri, serta kurangnya kesungguhan dari sipendakwah, dilain sisi yang juga mempengaruhi gagalnya dakwah dimasa sekarang adalah kurangnya dakwah yang berbentuk tulisan karena jika dibandingkan antara dakwah bil kitabah dengan dakwah yang lain yang sangat cocok dimasa sekarang adalah dakwah bil kitabah.
         Dewasa ini, kita merasa masih langkanya para aktivis dakwah bil kitabah, lebih langkah lagi adalah para ahli islam. (ulama, cendekiawan, mubalig) yang mampu melakukan dakwah bil lisan (ceramah, tabligh, khutbah) sekaligus piawai menulis artikel keislaman untuk media massa. Tapi banyak ulama dan cendekiawan hanya “jago pidato” di atas mimbar, namun tidak mampu (tidak mau) menulis di media massa.
          Pentingnya penerbitan media massa islam sebagai sarana dakwah bil kitabah pun kurang mendapat perhatian secara sunggguh-sungguh dari kalangan umat islam, padahal wahyu pertama tentang perintah membaca (iqra) dan adanya surat al-qolam dalam al-quran, mengisyaratkan betapa pentingnya arti dan bacaan bagi umat islam.
         “Tulisan adalah tamannya para ulama” kata Ali bin abi thalib. Lewat tulisan-tulisanlah para ulama “mengabadikan” dan menyebar luaskan pandangan-pandangan keislamannya. Dakwah bil kitabah telah dilakukan oleh ulama salaf atau cendekiawan Muslim terdahulu, telah melahirkan sejumlah “Kitab Kuning “  (buku teks [text book] para santri di pesantren-pesantren). Mungkin, jika tidak dituangkan dalam tulisan, pendapat para ulama dan mujtahid sulit dipelajari dan diketahui dewasa ini.
            Kemampuan menulis  menjadikan seorang Imam Al-Ghazali dapat mewariskan ilmunya lewat Ihya ‘Ulumuddin dan sebagainya. Demikian pula sejumlah ulama lain. Hasan Al-Banna, Abul A’la Al-Maududi, dan Dr. Yusuf Al-Qaradhawi menggelorakan semangat pembaharuan dan kebangkitan Islam lewat artikel dan buku-buku mereka. Pembaharu Islam Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh menerbitkan majalah Al-’Urwatul Wutsqa di Prancis. Melalui tulisan-tulisannya di majalah tersebut, mereka mencanangkan da’wah Islam di tengah peradaban dunia Barat.
            
           Demikian pula para ulama, sarjana, filsuf, dan cendekiawan Muslim lain dari berbagai disiplin ilmu. Benar juga kata Plato: “Pikiran manusia terekam di ujung pena mereka”.
Dakwah bil kitabah  bahkan sudah dicontohkan langsung oleh Rasulullah Saw. Surat ajakan masuk Islam kepada Kaisar Persia, umpamanya, merupakan bukti Dakwah bil kitabah, Karena dakwah tertulis dicontohkan langsung oleh Rasulullah, maka ia menjadi “sunnah”.
Lebih dari itu, pembukuan Al-Quran yang kini kita kenal dengan mushaf dalam perspektif jurnalistik, Al-Quran adalah karya jurnalistik juga, yakni sebuah media massa format buku yang isinya firman-firman Allah SWT. Dari akar kata shuhuf, sebutan bagi kumpulan wahyu, dikembangkan kata shahifah yang berarti suratkabar atau koran dan shahafi yang searti dengan wartawan atau jurnalis (Ali Yafie dalam Rusjdi Hamka & Rafiq, 1989:285). Demikian pula, termasuk karya jurnalistik adalah kitab-kitab kumpulan hadits semacam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. 

      Efek al kitabah
“Dan tetaplah memberi  peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. “ (Q.s. adz- dzariat : 55)
Dari ayat ini kita dapat melihat sebuah perintah untuk salang memberi  peringatan, baik peringatan secara lisan, secara perbuatan, maupun secara tulisan (kitabah)
         Sebuah tulisan atau karya tulis dapat berpengaruh sangat luas dan membuat penulisnya sangat populer. Salman Rushdie begitu mendunia namanya karena tulisannya, buku Satanic Verses(Ayat-Ayat Setan), yang dianggap melecehkan Islam. Pemerintah Iran bahkan memvonis hukuman mati baginya.
         Tulisan atau goresan pena seorang penulis dapat menjadi pelopor suatu pemikiran, keyakinan, ide, cita-cita, bahkan revolusi (KHM Isa Anshary, 1984:33-41). Revolusi Prancis bergerak di bawah cahaya pikiran dan cetusan pandangan yang dirintis J.J. Rousseau dan Montesquieu. Revolusi Amerika dibimbing “Declaration of Independent” (Fatwa  Kemerdekaan) yang hingga kini dijadikan pedoman besar bangsa Amerika.
         Revolusi Rusia dan perjuangan kaum Komunis di seluruh dunia sampai kini dipimpin oleh Manifesto Kumunis (Communistish Manifest) karya Kalr Marx dan Engels. Nazi Jerman bergerak di bawah petunjuk buku Mein Kamf karya Adolf Hitler. Revolusi Tiongkok berpedoman pada San Min Chu I karangan Sun Yat Sen.
         Revolusi Indonesia didahului pemikiran-pemikiran revolusioner tertulis dari Bung Karno, Bung Hatta, M. Natsir, Syahrir, dan Tan Malaka. Kebangkitan dunia Islam, gerakan reformasi dan modernisasi dalam dunia Islam, terutama bersumber pada buah pena atau tulisan Ibnu Taimiyah, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Syaikh Rasyid Ridha, Amir Syakib

Arsalan, dan Abdurrahman Al-Kawakiby. Pembinaan negara Islam Pakistan didahului buku-buku Mohammad Iqbal.
        Tulisan atau pena seorang penulis cukup berbicara satu kali, melekat terus dalam hati dan menjadi buah tutur setiap hari. Para jududa’wah pelu lebih memperhatikan kepentingan tulisan di berbagai media da’wah, menjadikan media massa sebagai alat perjuangan da’wah.
Tulisan dan bacaan adalah media da’wah yang tidak kurang vitalnya dari angkatan mujahidin dan mubalighin yang bergerak setiap masa ke segala pelosok dunia; membuka hati masyarakat, merebut masyarakat dari genggaman dan belenggu paham dan aliran luar Islam. Masyarakat Islam dalam segala tingkatan, keluarga dan rumah tangga kaum Muslimin, harus kita masuki dengan bacaan-bacaan Islam, mengembalikan mereka kepada kehidupan Islam. 

      Media dakwah bil kitabah.

      Pembukuan dan Media Cetak
Kini terdapat ramai di kalangan ulama yang membukukan penulisan mereka. Dengan cara ini, mereka akan menghuraikan secara terperinci mengenai sesuatu perbahasan dengan mendalam. Bahkan penulisan mereka juga turut dijadikan bahan rujukan oleh mahasiswa dan sebagainya di dalam kertas kerja mereka. Terdapat pelbagai jenis media cetak pada masa kini. Samada surat khabar, majalah, risalah, jurnal-jurnal dan sebagainya perlu dipraktikkan. Melalui pelbagai cara ini, gerakan dakwah dapat tersebar luas bukan hanya di dalam kumpulan masyarakat yang kecil malah di seantaro dunia.

      Media Elektronik
Media elektronik yang sesuai dengan cara penulisan kini ialah dengan melalui internet iaitu satu jaringan popular pada masa kini lebih-lebih lagi pada golongan muda. Kadang-kala pengaruh internet memberi kesan yang hebat kepada mereka, maka adalah menjadi salah satu alternatif yang baik jika para pendakwah turut menggunakan cara ini. Bukan hanya penulisan di laman-laman web, blog malah jaringan-jaringan sosial seperti Facebook, Friendster, Twitter dan sebagainya turut memberi pengaruh yang besar pada masyarakat lebih-lebih lagi untuk menarik perhatian remaja kini. Melihat kondisi masayarakat modern dakwah yang paling efektif adalah dakwah yang seperti ini, tidak menimbulkan rasa bosan bagi para anak muda, tidak terikat oleh waktu, dan bisa kapan saja diterima.

Selain daripada itu, di antara ciri yang perlu ada dalam sesebuah penulisan untuk menerbitkan karya-karya berbentuk dakwah Islamiyah mengikut situasi semasa ini tetapi tidak melampaui batas-batasnya. Antara lain cara atau kaedahnya adalah
           1. Penceritaan
         Ternyata kini, gaya bentuk penulisan yang bercorak penceritaan semakin diminati. Seperti contoh, karya Ustaz Hasrizal yang bertajuk “ Aku Terima Nikahnya 1 dan 2 ” amat laris di pasaran. Ini menunjukkan golongan kini terutamanya remaja serta belia pertengahan usia semakin menggemari gaya penulisan dakwah yang berbentuk cerita santai. Di samping itu, bentuk-bentuk penceritaan yang berunsurkan Islam seperti contoh di dalam karya Habibburahman El Shirazy seperti Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2 banyak menyentuh aspek kehidupan di dalam Islam sehingga menjadi bualan masyarakat kini
          2. Bahasa
      Untuk seseorang pendakwah mencapai tahap yang terbaik iaitu melangkahi sampai peringkat global, seseorang pendakwah itu perlu untuk berkemahiran dalam pelbagai bahasa antaranya bahasa yang menjadi bahasa utama dunia yaitu Bahasa Inggris di samping penggunaan bahasa harian yang dapat dipahami masyarakat sekeliling. Hal ini perlu jika seseorang pendakwah ini benar-benar mau berjuang dan menakluki hati-hati betapa indahnya Islam kepada orang bukan Islam. Dengan cara ini, mungkin ianya menjadi salah satu medium bagi orang bukan Islam membuka minda mereka dan menerima Islam dengan hanya membaca tulisan-tulisan ini sekaligus mereka ingin mengetahui dan mendekati Islam lagi.
       Secara kesimpulan, terdapat pelbagai cara yang kreatif bersesuai dengan keadaan semasa yang perlu lagi difikirkan para pendakwah di dalam penyebaran dakwah kini. Ianya sedikit sebanyak perlunya kaedah psikologi bagi menawan hati-hati manusia yang penuh dengan kelalaian dengan persekitaran semasa. Semoga dengan cara dan kaedah yang baik, penyebaran Islam dapat lagi diperluaskan ke pelusuk dunia. Bukan tanggungjawab ini perlu di pikul para dai tetapi oleh kita semua ummat untuk menegakkan syiar Islam .
      Dari uraian di atas, jelas sudah saatnya kita timbulkan wawasan dan pemhaman bagi ummat islam tentang pentingnya dakwah melalui tulisan dan menumbuhkan minat dan mengembangkan bakat menulis artikel keislaman.
Media massa menjadi sarana dakwah adalah media massa cetak, meliputi Koran / surat kabar, tabloid, majalah, dan buku serta newsletter dan bulrtin. Paling tidak, umat islam dapat menerbitkan bulletin, format paling sederhana dan paling murah sebuah media massa seperti bulletin jumat.

      Kode etik dakwah bil kitabah

             Seorang pendakwah, metode apapun yang digunakan tentunya ada kaidah, norma, aturan, atupun kode etik yang harus ia perhatikan dan taati, sama halnya dengan dakwah secara tulisan ini, dakwah ini mempunyai kode eti tersendiri.
Seorang jurnalis muslim hendaknya memiliki kode etik jurnalistik tersendiri sebagai tuntunan ajaran agama islam. Kode etik yang dimaksud adalah sebagai berikut
      Menginformasikan yang benar saja (tidak berbohong), juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta.
Dalam al-quran kebenaran itu disebut dengan istilah al-haq. Dalam al-quran, kebenaran berhubungan dengan keadilan dan persamaan. Hal itu mengindikasikan bahwa setiap kebenaran terkait secara inheren didalamnya keadilan dan persamaan. Dalam al-quran, al-haq dipakai untuk menunjukan dipakai untuk menunjuk allah dan suatu pengertian yang berlawanan dengan arti istilah bathil dan dhalal.
Bijaksana, penuh nasihat yang baik, serta argumentasi yang jelas dan baik pula. Karakter, pola pikir, kadar pemahaman objek pembaca harus dipahami, sehingga tulisan yang dibuat pun akan disesuaikan sehingga mudah dicerna.
Meneliti kebenaran berita/fakta sebelum dipublikasikan alias melakukan check and recheck. Sebagaimana kita manusia yang telah diberikan allah akal maka alangkah baiknya kita memanfaatkan akal kita untuk mencari kebenaran. Aspek kecerdasan manusia yakni makhluk terbaik yang diberi akal sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan.
Hindari olok-olok, penghinaan, mengejek, atau caci maki sehingga menimbulkan permusuhan dan kebencian.
Hindarkan prasangka buruk (suuzhan). Dalam istilah hukum, pegang teguh “asas praduga tak bersalah”.
Sebagai ummat islam diwajibkan atas kita menyampaikan sesuatu kebaikan sekecil apapun itu kepada orang lain, insallah dengan memperhatikan serta menaati kode etik dalam menulis sebuah dakwah, apa yang kita kerjakan insallah bisa bermanfaat sampai akhir kelak kita nanti. Amin.






















DAFTAR PUSTAKA

Katili, lukman (2013), pendidikan islam diperguruan tinggi, gorontalo : ideas publishing
Munir, syamsul (2008), rekontruksi pemikiran dakwah islam. Jakarta : amzah
Sulthon, muhamad (2003). Desain ilmu dakwah. Semarang : pustaka pelajar
Syamsul, asep (2003). Jurnalistik dakwah. Bandung : remaja rosda karya
Yusuf, muhamad (2007), munthakab ahadist, Yogyakarta : ash-shaff
Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
Aziz, Moh. Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media.
Ilaihi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syukriadi Sambas. Pengantar untuk buku Berdakwah Lewat Tulisan. Mujahid press. Shafar 1425
Hartono Ahmad Jaiz, Islam dan Al-Qur’an pun diserang. Halaman 209
Hartono Ahmad Jaiz, Islam dan Al-Qur’an pun Diserang. Halaman 53-58
Penulis buku Judas Bukan Pengkhianat
Hartono Ahmad Jaiz, Islam dan Al-Qur’an pun Diserang. 1430. Pustaka Nahi Munkar. Hal. 82-84

No comments:

Post a Comment